Rabu, 01 Juni 2011

Anak putus sekolah

Faktor yang mempengaruhi anak putus sekolah pada kenyataannya ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak putus sekolah. Keadaan ekonomi orang tua menjadi alasan anak untuk tidak melanjutkan sekolah. Hanya untuk membantu orang tuanya dalam mencari uang seperti berdagang, pemulung, pesuruh, kuli bangunan, dan petani. Alasan seperti itulah yang menjadi beban orang tua yang melarang anaknya melanjutkan sekolah, Padahal pada zaman sekarang betapa pentingnya pendidikan bagi kehidupan.
Faktor ekinomi juga dapat berpengaruh pada motivasi belajar pada anak tersebut, Banyak anak yang mengeluh tidak mau melanjutkan sekolah karena dia merasa gengsi apabila sedang ngobrol bareng bersama temannya. Dia merasa buat apa sekolah jika hanya buat di ejek oleh teman-temannya,dia merasa orang yang tidak punya tidak layak untuk melanjutkan sekolah.
Faktor ekonomi juga dapat mempengaruhi pembagian waktu dalam kegiatan belajar. Seperti seorang anak yang sekolah sambil bekerja, Paginya dia sekolah sampai jam setengah dua namun sepulang sekolah dia harus langsung membantu orang tuanya mencari uang, dia bekarja sampai malam hari. Karena itu tidak dapat di langsungkan pada setiap harinya, Diapun memutuskan berhenti untuk melanjutkan sekolah.
Keadaan ekonomi suatu keluargapun menjadi hambatan untuk anak dapat sekolah. Anggapan orang tua mengenai biaya operasional sekolah yang semakin mahal dijadikan larangan terhadap anaknya. Jangankan untuk biaya sekolah yang mulai dari perlengkapan sekolah seperti alat tulis, buku panduan, sampai ongkos untiuk makan sehari-hari saja susah. Apalagi pada zaman sekarang segala keperluan keluarga melonjak naik di pasaran.

Pemikiran orang tua yang masih menganggap pendidikan itu tidak penting dengan alasan saudara-saudaranya yang telah memakan atau merasakan bangku sekolah tidak menghasilkan apa-apa, Apalagi mengubah keadaan ekonomi keluarganya. Terbukti pada satu keluarga di daerah malangbong desa lewo baru, Meskipun anaknya pintar selalu mendapat rangking di sekolahnya tetap saja kalau tidak ada biaya tidak dapat melanjutkan ke prguruan tinggi dan akhirnya tetap menjadi tukang kuli.
Jarak rumah dan sekolah relatif jauh, Sehingga kebanyakan remaja mengatakan kepada orang tuanya bahwa mereka pergi dari rumah untuk berangkat ke seoklah, Akan tetapi mereka tidak sampai ke sekolah. Meskipun hal ini jarang terjaidi namun kadang-kadang dapat mempengaruhi remaja untuk tidak masuk sekolah dan akhirnya tidak lagi melanjutkan sekolahnya atau ddengan kata lain meraka telah putus sekolah.

Dampak yang terjadi bila anak putus sekolah dimana faktor ekonomi telah menghambat perkembangan dunia pendidikan di Indonesia, Sehingga banyak anak yang putus sekolah karena tidak sanggup membayar uang sekolah. Hal tersebut secara tidak di sadari dapat memperburuk keadaan ekonomi Indonesia, Kualitas pendidikan Indonesiapun semakin mudah untuk dibodohi.
Faktor ekonomi juga dapat berpengaruh pada lapangan kerja yang ada di Indonesia ini. Di Indonesia, Lapangan pekerjaan sangat sempit atau dapat di sebut juga sangat buruk. Sehingga di Indonesia banyak remaja yang tidak punya pekerjaan yang tetap bahkan ada yang tidak dapat pekrjaan atau yang sering kita sebut pengagguran.
Di Indonesia juga mengalami penururan yang sangat drastis dalam bidang mutu pendidikan, itu semua di sebabkan karena banyaknya anak-anak atau remaja di Indonesia yang putus sekolah. Begitu banyaknya pengangguran di Indonesia yang menyebabkan penurunan tersebut.

Penanggulangan agar anak-anak dapat bersekolah yaitu dengan mengadakan media untuk penyaluran bakat dari anak-anak tersebut sebagai wujud kepedulian terhadap anak-anak yang memepunyai bakat yang sangat menakjubkan. Media ini dapat diadakan dengan cara setiap lembaga desa harus memasukan program kerja tersebut dan berlangsung secara lancar dan berkelanjutan dari tahun ke tahunnya. Dengan dorongan dari masyarat program ini akan terlaksana secara lancar dan terlealisasi dengan waktu yang tidak lama lagi.
Menghadirkan tokoh atau figur ke setiap desa untuk memotivasi anak-anak agar dapat bersemangat dalam belajar merupakan cara yang dapat mengurangi tingginya tingkat anak-anak yang putus sekolah. Karena dengan cara ini anak-anak dapat mengerti betapa pentingnya pendidikan setelah mendengarkan nasihat atau masukan dari penasehat tersebut.

Upaya dari pemerintah terhadap anak-anak yang putus sekolah, Pemerintah mengadakan program WAJAR ( wajib belajar sembilan tahun ) program ini merupakan salah-satu program yang gemar di jalankan oleh Departemen pendidikan Nasional ( DEPDIKNAS ). Dengan program ini pemerintah merasakan bahwa telah menolong anak-anak yang putus sekolah, program ini mewajibkan setiap warga negara Indonesia ( WNI ) untuk bersekolah selama sembilan tahun pada jenjang pendidikan dasar yaitu tingkat kelas satu sekolah dasar ( SD ) atau madrasah ibtidaiyah ( MI ) hingga kelas sembilan sekolah menengah pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTS).
Dalam peningkatan mutu pendidikan dasar sembilan tahun, Banyak program yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh pemerintah. Program-program tersebut dapat di kelompokan menjadi tiga, Yaitu BOS (Bantuan Operasional Sekolah) program ini diadakan untuk mengurangi anak yang putus sekolah serta untuk peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

Melalui program BOS yang terkait pendidikan dasar sembilan tahun, Setiap pengelola program pendidikan harus memperhatikan hal-hal berikut :
1. BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan akses dan mutu pendidikan dasar sembilan tahun.
2. Melalui BOS tidak boleh ada siswa miskin putus sekolah karena tidak mampu membayar iuran atau pungutan yang dilakukan oleh Sekolah.
3. Anak lulusan Sekolah setingkat SD, Harus diupayakan belangsungan pendidikannya ke tingkat SMP tidak boleh ada tamatan SD atau setara tidak dapat melanjutkan ke SMP atau setara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


I made this widget at Cecep Ramdan.